Nasehat diri-Sungguh banyak diantara kita yang ‘hobi’ menasehati baik secara langsung maupun melalui media sosial sungguh ini merupakan kebaikan. Tapi janganlah lupa agar kita juga semangat untuk mengamalkan nasehat-nasehat kita sendiri.
Kamu, penulis nasihat yang (katanya) bijak dan disukai…
Apa kau pikir tulisanmu itu paling cemerlang sendiri?
Lalu kamu jadi berbangga hati? Merasa sudah jadi penasihat sejati?
berkacalah wahai diri... jangan-jangan kamu bak lilin yang membakarmu sendiri. Sudah menasihati tapi tak dijalani.
Dari Usamah bin Zaid radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang didatangkan pada hari kiamat lalu dilemparkan ke dalam neraka, hingga usus perutnya terburai, lalu dia berputar-putar di dalam neraka seperti himar yang berputar-putar pada alat penggilingnya. Lalu para penghuni neraka mengerumuninya seraya bertanya, ‘Wahai Fulan, apa yang telah menimpamu? Bukankah engkau dahulu menyuruh kami kepada yang ma’ruf dan mencegah kami dari yang munkar?’ Dia menjawab, ‘Memang aku dulu menyuruh kalian kepada yang ma’ruf, tapi justru aku TIDAK melakukannya, dan aku mencegah kalian dari yang mungkar, tapi aku justru melakukannya.” (HR.Bukhari & Muslim)
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Ayat di atas tidaklah menunjukkan bahwa jika seseorang tidak mengamalkan yang ia ilmui berarti ia meninggalkan amar maruf nahi munkar secara total. Namun ayat tersebut cuma menunjukkan ketercelaan karena seseorang meninggalkan dua kewajiban. Karena perlu dipahami bahwa manusia memiliki dua kewajiban yaitu memerintahkan (mendakwahi) orang lain dan mengajak pula diri sendiri.
Jika seseorang meninggalkan salah satunya, jangan sampai ia meninggalkan yang lainnya. Yang sempurna memang seseorang melakukan kedua-duanya. Jika kedua-duanya ditinggalkan berarti itu kekurangan yang sempurna. Jika hanya menjalankan salah satunya, berarti tidak mencapai derajat pertama (derajat kesempurnaan), namun tidak tercela seperti yang terakhir (derajat ketidaksempurnaan).
Perlu diketahui pula bahwa sifat jiwa tidaklah patuh pada orang yang berkata namun tindakan nyatanya itu berbeda. Manusia akan lebih senang mengikuti orang yang mempraktekkan langsung dibanding dengan orang yang cuma sekedar berucap
Renungkanlah perkataan Abul Aswad Ad-Dualy:
يَا أَيُّهَا الرَّجُلُ الْمُعَلِّمُ غيره * هَلاَّ لِنَفْسِكَ كَانَ ذَا التَّعْلِيْمِ
Wahai orang yg mengajari orang lain… Tidakkah kau mengajari dirimu dulu (sebelum orang lain)
أَتَرَاكَ تُلَقِّحُ بِالرَّشَادِ عُقُوْلَنَا * صِفَةً وَأَنْتَ مِنَ الرَّشَادِ عَدِيْمُ
Pantaskah kau tanamkan pada akal kami “sifat mulia”.. Tapi ternyata, engkau kosong dari sifat mulia itu
لاَ تَنْهَ عَنْ خُلُقٍ وَتَأْتِي مِثْلَهُ * عَارٌ عَلَيْكَ إِذَا فَعَلْتَ عَظِيْمُ
Janganlah engkau melarang akhlak (yang buruk), tapi kau sendiri melakukannya… Sungguh sangat tercela, jika kau seperti
اِبْدَأْ بِنَفْسِكَ فَانْهَهَا عَنْ غَيِّهَا * فَإِذَا انْتَهَتْ عَنْهُ فَأَنْتَ حَكِيْمُ
Mulailah dari dirimu, dan lepaskanlah dosanya… Karena engkaulah sang bijaksana, jika kau telah lepas darinya
فَهُنَاكَ يَنْفَعُ إِنْ وَعَظْتَ وَيُقْتَدَى * بِالْقَوْلِ مِنْكَ وَيَنْفَعُ التَّعْلِيْمُ
Saat itulah, nasehat dan didikanmu kan bergunaB Begitupulaucapanmu, akan menjadi panutan
Yaa Allah ampunilah kami yang sering menasehati akan tetapi lalai dari nasehatnya sendiri, tunjukanlah kami jalan yang lurus, tutuplah aib-aib kami di dunia, terlebih-lebih lagi di akhirat… amin
Akhiran tsumma salamualaikum WR.WB
Tambahkan Komentar